Kebudayaan Jerman
Kehidupan budaya di Jerman mempunyai banyak segi. Terdapat sekitar
300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan
Garmisch di selatan. 630 museum seni rupa dengan koleksi serba aneka
yang bertaraf tinggi menurut ukuran internasional membentuk jaringan
museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah
mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 94.000 judul buku
baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga
tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan
ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik.
Sukses baru juga tercatat oleh produksi film – tidak hanya di bioskop
Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia.
Jerman sebagai negara pujangga dan pemikir. Goethe, begitu pula Bach
dan Beethoven. Walau begitu tidak tampak adanya kompetensi kultural
pada Jerman sebagai nasion berbudaya. Berlin kian berkembang menjadi
magnet bagi kelas kreatif dan tempat bercampur-baurnya aneka kebudayaan.
Museum-museumnya mencerminkan seluruh sejarah umat manusia. Memorial
Holocaust menguji kesanggupan bangsa Jerman untuk menghadapi sejarahnya.
Secara mengesankan dibuktikannya bahwa politik kebudayaan nasional
telah menjadi kebutuhan pada abad ke-21. Di lain pihak, federalisme
kebudayaan membangkitkan ambisi negara bagian. Politik kebudayaan
memajukan lingkungan setempat. Contohnya daerah Ruhrgebiet di negara
bagian Nordrhein-Westfalen, yang dahulu dihuni oleh buruh tambang dan
buruh pabrik baja. Sejak bertahun-tahun Ruhrgebiet mengubah wajahnya
menjadi daerah budaya. Sebagai “Ibu Kota Budaya Eropa Ruhr 2010”
diperlihatkannya, bagaimana lingkungan kreatif dapat membuka jalan ke
masa depan.
Nama baik Jerman sebagai negara musik yang penting tetap terkait
dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan
Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di
perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival –
dari Festival Wagner
di Bayreuth sampai Donaueschinger Musiktage untuk musik kontemporer.
Di Jerman terdapat 80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang
terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan
München serta di Frankfurt am Main, Stuttgart dan Leipzig. Orkes Filharmoni
Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap
sebagai yang terbaik di antara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok
“Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer
dengan mementaskan sekitar 70 karya baru per tahun, di antaranya 20
pagelaran perdana.
Sejak pertengahan abad ke-20, perkembangan musik kontemporer di
dunia ikut ditentukan oleh pelopor-pelopor musik elektronis seperti
Karlheinz Stockhausen ( 2007) dan antipodenya yang mempertahankan
tradisi, komponis opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer
memadukan beberapa gaya. Dalam hal klub musik pun Jerman dapat
membanggakan banyak lokasi tenar, terutama di kota besar seperti
Berlin, Köln, Frankfurt am Main, Stuttgart dan Mannheim. Dengan adanya
tren disko pada tahun 1970-an, rap/hiphop tahun 1980-an dan gaya techno
tahun 1990-an, para DJ beremansipasi menjadi seniman nada dan produsen.
Melalui teknik scratching, sampling, remix dan pemakaian komputer,
piringan hitam berubah menjadi bahan baku untuk metamusik yang dapat
diubah sesuka hati. Dua maha bintang klub musik pun datang dari Jerman,
yaitu Sven Väth yang dijuluki “Godfather of Techno” dan Paul van Dyk.
sumber : http://ziahasing.wordpress.com/2013/04/25/semua-tentang-jerman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar