Alhamdulillah, Islam Berseri di Kota Berlin Jerman." Fasilitas
ibadah tersebar di segala penjuru kota terpadat Uni Eropa tersebut.."
Ibu kota, kota terbesar, kota terpadat, kota bersejarah, demikian posisi
Berlin bagi Jerman. Berlokasi di timur laut Jerman di Sungai Spree,
Berlin merupakan kota penting sepanjang sejarah kekuasaan negara Nazi
tersebut. Namun, tak hanya itu, kota seluas 891,85 kilometer persegi
tersebut juga menjadi rumah bagi 160 ribu Muslimin.
Menurut halaman web euro-islam,
Muslimin Berlin didominasi oleh imigran asing. Kendati demikian,
terdapat pula sejumlah penduduk asli yang memeluk Islam. Dari jumlah 160
ribu Muslimin, sekitar 73 persen merupakan keturunan Turki, tujuh
persen dari Bosnia-Herzegovina, dan empat persen berasal dari Lebanon.
Terdapat pula 40 ribu Muslim
Berlin yang berwarga negara Jerman melalui naturalisasi. Meski jumlahnya
ratusan ribu, populasi Muslim tersebut hanya mengambil persentase
sekitar sembilan persen dari total penduduk Berlin.
Muslimin di Berlin menyebar di
beberapa distrik. Yang paling utama, yakni di wilayah Kreuzberg di
Distrik Friedrichshain-Kreuzberg, Wedding di Distrik Mitte, serta
Distrik Neukölln Utara. Dalam hidup bersosial, Muslim Berlin juga
menjalin hubungan baik dengan masyarakat umum yang mayoritas Nasrani.
Warga sekitar yang non-Muslim
memberikan respons yang positif terhadap Muslim Berlin. Bahkan, pada
Juni 2004, Muslim dan non-Muslim Berlin bersama-sama mendirikan
Muslimische Akademie. Pendirian akademi yang mendapat bantuan dari
Bundeszentrale für Politische Bildung (Badan Federal untuk Pendidikan
Warga Negara) tersebut pun dibangun untuk membangun forum antaragama dan
intraagama.
Dalam kehidupan sehari-hari,
Muslimin Berlin pun tak mengalami kesulitan. Fasilitas ibadah tersebar
di segala penjuru kota terpadat Uni Eropa tersebut. Makanan halal juga
disediakan beberapa restoran. Hanya, bagi Muslimah, jilbab masih
dilarang di perkantoran dan lembaga resmi. Namun, mereka dapat
memakainya di luar profesi pelayanan publik. Dalam menyuarakan hak
minoritas, organisasi Muslim juga tersebar menaungi mereka.
Isu yang tengah diperbincangkan
Muslimin Jerman, yakni pendidikan agama Islam di sekolah. Beberapa
sekolah di Jerman telah mengizinkan pelajaran Islam bagi siswa Muslim.
Demikian pula di Berlin. Meski masih diawasi pemerintah setempat,
pendidikan Islam diizinkan bebas bagi siswa. Pengajaran agama di sekolah
umum di Berlin dilakukan secara sukarela.
Dalam arti, terdapat kursus
pelajaran agama, tak hanya Islam, tapi juga berlaku bagi agama lain.
Namun, beberapa tahun lalu, Föderation Islamische (Federasi Islam)
Berlin berhasil mendapatkan izin dari pemerintah untuk memasukkan
pelajaran agama di 20 sekolah di Berlin. Guru agama dikirim dari pihak
federasi, namun digaji oleh pemerintah kota.
Meski minoritas, Muslimin pun
ikut berpartisipasi dalam panggung politik. Tak sedikit politikus Turki
dan Kurdi Muslim yang menjabat di kantor-kantor pemerintah kota.
Beberapa, di antaranya, Giyasettin Sayan, Keskin Hakki, Dilek Kolat,
Ulker Radziwill, Evrim Baaba, dan Ozcan Mutlu. Sebagian besar mereka
memilih partai sayap kiri. Tentu saja mereka terjun di politik tanpa
berafiliasi dengan Islam. Namun, survei menyatakan 87 persen Muslim
Berlin merasa berkeinginan ada wakil Muslim yang terlibat di politik
negara.
Organisasi Muslim
Ketenangan
dan kenyamanan Muslimin yang hidup sebagai minoritas tentu saja tak
lepas dari peran organisasi Islam. Di Berlin, jumlah organisasi tersebut
amat banyak. Beberapa, di antaranya, Initiative Berliner Muslim
(Inisiatif Muslim Berlin atau IBMUS), Verein Islamischer Kulturzentren
(Asosiasi Pusat Budaya Islam atau VIKZ), Islamische Förderation Berlin
(Federasi Islam Berlin atau IFB), Türkisch Islamische Union der Anstalt
für Religion (Institut Agama Persatuan Turki Islam atau DITIB), dan
masih banyak lain.
Namun, di antara sekian banyak
organisasi yang eksis, hanya satu organisasi di Berlin, yakni Islamische
Förderation Berlin (Federasi Islam Berlin) yang diakui sebagai lembaga
resmi. Butuh waktu bertahun-tahun bagi federasi tersebut mendapat status
resmi sebagai lembaga publik. Setelah dikritisi banyak pejabat Jerman,
federasi pun diresmikan pada 2002. Organisasi yang berdiri sejak 1980
tersebut pun fokus pada pendidikan Islam di sekolah, memimpin 12 masjid
di Berlin, dan memayungi 26 kelompok kecil Muslim
Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/03/kehidupan-umat-islam-di-jerman.html#ixzz3NVIEtTol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar